Kamis, 17 Februari 2011

PAHLAWAN SEBELUM KEBANGKITAN NASIONAL

Cut Nyak Dien
Lahir : Lampadang, Aceh 1850
Wafat : Sumedang, 6 November 1908
Makam : Gunung Puyuh, Sumedang, Jawa Barat
Cut Nyak Dienmenikah pada usia 12 tahun dengan Teuku Cik Ibrahim Lamnga. Namun pada suatu pertempuran di Gletarum, Juni 1878, sang suami gugur. Kemudian Cut Nyak Dien bersumpah hanya akan menerima pinangan dari laki-laki yang bersedia membantu untuk menuntut balas kematian Teuku Ibrahim.
Cut Nyak Dien akhirnya menikah kembali dengan Teuku Umar tahun 1880, kemenakan ayahnya seorang pejuang Aceh yang cukup disegani Belanda. Sejak itu, Cut Nyak Dien selalu berjuang bersama suaminya. Dalam perjuangannya, Teuku Umar pura-pura bekerjasama dengan Belanda sebagai taktikuntuk memperoleh senjata dan perlengkapan perang lainnya. Sementara itu, Cut Nyak Dien tetap berjuang melawan Belanda di daerah kampong halaman Teuku Umar. Teuku Umar akhirnya kembali lagi bergabung dengan para pejuang setelah taktiknya diketahui oleh Belanda.
Tanggal 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh, namun Cut Nyak Dien tetap meneruskan perlawanannya dengan bergerilya. Ia tidak pernah mau berdamai dengan Belanda yang disebutnya kafir-kafir. Perjuangannya yang berat menyebabkan kondisi pasukan dan dirinya amat mengkhawatirkan. Merasa kasihan dengan kondisi demikian, para pengawal Cut Nyak Dien akhirnya membuat kesepakatan dengan pihak Belanda, bahwa “Cut Nyak Dien boleh ditangkap asal diperlakukan sebagai orang terhormat dan bukan sebagai penjahat perang.”
Cut Nyak Dien akhirnya wafat dipengasingan sebagai wanita berhati baja dan ibu bagi rakyat Aceh. Pemerintah RI menganugrahi gelar pahlawan kemerdekaan nasional kepada Cut Nyak Dien berdasarkan SK Presiden RI No.106/1964.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar